Kamis, 15 Juli 2010

>> Foto View Kota Bandung di Waktu Malam

Tidak seperti hari-hari belakangan yang sering turun hujan, tadi malam cuaca kota Bandung terlihat sangat cerah. Asik sekali buat enjoy di depan rumah sambil menikmati gemerlap pemandangan kota Bandung di bawah sana.

Sayang rasanya kalau tidak mengabadikan indah pemandangan ini. Saya siapkan persenjataan buru, kamera Nikon DSLR D70S dengan lensa andalan Nikon 17–80mm plus filter Hoya UV menempel, tripod Velbon, dan IR Remote Control. Juga lampu baterai (senter) untuk membantu melihat ‘levelling bubble’ telah membuat tripod berdiri seimbang.

Foto ini menggunakan setting kamera sbb.: Optimize image: color mode IIIa dan saturation +. Exposure compensation +0.3. Exposure program manual, F-Number F/8, dan Exposure time 8 sec. No Flash. Sebagai pemicu shutter digunakan IR Remote Control untuk menghindari shaking/getaran jika menekan tombol shutter secara langsung. Olah foto digital menggunakan Adobe Photoshop hanyalah sebatas cropping dan leveling.

DSC_3439_400

:: View kota Bandung dari Griya Bukit Mas, menyertakan sedikit daun palem depan rumah untuk memperkaya obyek foto

>> Format Ukuran Cetak Foto

Berikut ini informasi mengenai format ukuran cetak foto yang saya peroleh dari Jonas Photo, barangkali bermanfaat:

Dalam CM

Kode

Dalam Inchi

6.35 x 8.89

2R

2.5 x 3.5

8.89 x 12.7

3R

3.5 x 5

10.6 x 15.24

4R

4 x 6

12.70 x 17.78

5R

5 x 7

15.24 x 20.32

6R

6 x 8

20.32 x 25 40

8R

8 x 10

40.64 x 50.80

16R

16 x 20

50.80 x 60.96

20R

20 x 24

60.96 x 80.01

24R

24 x 31.5

>> Ingin kelihatan seperti fotografer profesional ?

Terkadang saya suka heran mengapa banyak fotografer amatir atau bahkan pemula ingin terlihat seperti fotografer profesional. Saya sendiri lebih suka tampil low profile atau sesuai dengan keadaan, misalnya kalau di acara pernikahaan, saya akan pakai jas dan celana sopan, bila memotret acara kampus, saya akan pakai baju biasa seperti mahasiswa lainnya. Tujuannya biar tidak banyak mata menuju pada saya sehingga orang disekitar saya tidak melulu memperhatikan saya atau terganggu karena kehadiran saya.

Tapi mungkin Anda berpendapat lain. Mungkin Anda ingin tampil beda atau ingin dikenali sebagai fotografer pro sehingga orang segan pada Anda atau untuk menarik orang untuk menjadi klien Anda. Oleh sebab itu, ada beberapa saran supaya Anda terlihat seperti fotografer profesional.

  • Pakai kamera yang besar lalu pasang battery grip dibawahnya sehingga kamera terlihat lebih besar. Kalau perlu bawa dua kamera atau lebih.
  • Pakai lensa telephoto zoom yang panjang, lalu sering keker-keker dan mainkan zoom atau fokusnya.
  • Pakai jas khusus fotografer yang berkantong banyak.
  • Bawa tripod yang besar dan panjang
  • Bawa buku catatan kecil dan pena, kemudian kadang-kadang mencatat-catat sesuatu. Ini akan membuat orang berpikir, wah serius juga fotografernya.

Dengan mempraktekkan ide-ide diatas ini, semoga Anda terlihat lebih profesional, tapi jangan sampai overdosis seperti dibawah ini:

fotografer-kamera-banyak

>> Etika Fotografer

Sebagai makhluk sosial, sebagai fotografer, kita tidak luput dari hubungan manusia. Bila kita hobi foto potret, maka kita akan berhubungan langsung dengan modelnya. Kalaupun hobi kita foto pemandangan, tetap saja kita harus berhubungan dengan orang lain di lokasi untuk mendapatkan informasi atau bantuan.

Maka dari itu masalah etika, adalah masalah yang penting. Namun topik ini biasanya jarang di bahas, fotografer biasanya lebih tertarik membahas soal kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.

Maksud dari etika versi saya adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan asisten, atau dengan masyarakat lokal. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih berarti, enak dilihat dan alami. Orang-orang di sekitar kita pun akan lebih senang membantu kita.

Secara garis besar, memiliki etika yang baik berarti fotografer bersikap rendah hati, hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati. Dalam foto potret, misalnya, terutama bila modelnya wanita, kita menghormatinya dengan tidak menyentuh saat mengarahkan. Menyentuh model wanita sangat tidak sopan terutama di Asia dan membuat model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah dan sering-seringlah memuji atau berterima kasih bila memang patut.

Saat foto potret, seringkali model kita tidak berpengalaman atau kaku di depan kamera. Hal ini wajar, dan bisa diatasi dengan banyak berkomunikasi dengan mereka. Banyaklah bertanya kepada mereka, tentang hal-hal yang berkaitan dengan mereka, misalnya bila ia seorang musisi, maka tanyakanlah tentang hal berbau musik, atau paling tidak hidup mereka secara umum. Hindari perbincangan tentang hal-hal negatif seperti perang, dan hindari topik SARA.

Seiring dengan waktu, dengan berkomunikasi dengan mereka, mereka akan merasa lebih nyaman. Saat berinteraksi dengan mereka, Anda bisa memperhatikan bahasa tubuh mereka, sehingga memiliki ide sudut pandang dan pose yang terbaik untuk mengambil foto. Hasilnya adalah foto yang lebih alami dan lebih cocok dengan karakter mereka.

Dengan berkomunikasi dan berusaha mengenal keluarga multikultural  ini, mereka menjadi nyaman akan kehadiran saya, alhasil saya bisa  mengambil foto ini. Saya menyukai foto ini karena secara alami  melukiskan cinta ibu terhadap anak dan kesibukan sang ayah di depan  komputer

Dengan berkomunikasi dan berusaha mengenal keluarga multikultural ini, mereka menjadi nyaman akan kehadiran saya, alhasil saya bisa mengambil foto ini. Saya menyukai foto ini karena secara alami melukiskan cinta ibu terhadap anak dan kesibukan sang ayah di depan komputer

Maka dari itu, untuk foto potret, saya lebih menyukai foto sendiri daripada foto bersama kelompok fotografer lainnya. Dengan kehadiran banyak fotografer atau asisten dengan peralatan-peralatan yang rumit, kesempatan untuk berkomunikasi dengan model menjadi hampir tidak ada. Malahan yang terjadi adalah model akan merasa semakin tidak nyaman dan ini akan tercermin pada raut muka dan bahasa tubuh mereka.

>> Perbedaan antara lensa berkualitas tinggi dan rendah

Lensa berkualitas tinggi biasanya memiliki badan / casing yang berkualitas lebih baik, misalnya dari campuran logam atau plastik yang keras. Kontak lensa ke badan kamera juga dari logam.

Selain itu bukaan lensa zoom berkualitas tinggi biasanya memiliki bukaan besar dan/atau konstan seperti f/4, f/2.8. Untuk lensa prime / non-zoom, lensa yang berkualitas tinggi biasanya memiliki maksimum bukaan yang besar, misalnya f/1.2 dan f/1.4.

Hal lain yang membedakan adalah kode pada nama lensa. Contohnya: Tamron: SP, Sigma: EX, Canon: L, Tokina: Pro, Nikon: N.

Salah satu lensa kualitas tinggi Canon berlabel L dan berwarna  putih. Lensa ini memiliki harga sekitar dua puluh juta rupiah.

Salah satu lensa kualitas tinggi Canon berlabel L dan berwarna putih. Lensa ini memiliki harga sekitar dua puluh juta rupiah.

Lalu kualitas lensa juga bisa dilihat dari harga seperti dibawah ini:

  • 2 juta kebawah : Lensa murah dengan kualitas rendah, biasanya casingnya berbahan plastik dan kualitas fotonya tidak begitu tajam dan tidak konsisten.
  • 2 juta keatas : Kualitas lensa rata-rata. Meski banyak yang masih bercasing plastik, tapi kualitas gambar lebih baik dan lebih konsisten.
  • 5 juta keatas : Kualitas lensa diatas rata-rata. Kualitas bahan kamera lebih baik dari sebelumnya, beberapa mengunakan bahan logam, yang lain mengunakan bahan plastik yang tebal. Kualitas foto juga sudah cukup konsisten dan tajam.
  • 10 juta keatas : Kualitas lensa sangat baik. Termasuk kategori lensa mewah karena lebih mahal dari kameranya, lensa dalam kategori ini memiliki kualitas foto yang sangat baik, konsisten tapi biasanya cukup berat.

Tapi ada juga beberapa lensa yang menghasilkan foto yang sangat baik tapi relatif murah, contohnya lensa 50mm f/1.8, dan 35mm f/1.8.

Dari kualitas gambar, Lensa berkualitas tinggi lebih konsisten di setiap bukaan dan rentang lensa (zoom). Ketajaman lensa tinggi, kontras baik, rendah aberasi warna dan vinyet terkontrol.

>> Tips foto selama musim liburan

ips ini dipersembahkan oleh Nikon, yang saya kira cukup membantu dan ini berlaku untuk apapun kamera yang digunakan.
  • Lihat ke lensa bukan ke lampu kilat sehinga terhindar dari mata merah karena pantulan lampu dan mata berkedip saat di foto.
  • Cari latar belakang yang sederhana yang tidak mengganggu objek utama.
  • Focus untuk apa yang penting, terutama bagian wajah. Banyak kamera memiliki fitur deteksi wajah.
  • Saat mengunakan lampu kilat, jangan terlalu dekat karena hasil foto bisa menjadi terlalu terang.
  • Bila ingin menangkap lampu-lampu khas natal, matikan lampu kilat tapi peganglah kamera se-steady mungkin atau taruh kamera di atas tripod atau penyangga lain.
  • Coba perspektif / sudut lain dalam mengambil foto, sehingga meningkatkan variasi dan kreativitas.
  • Ambil banyak foto sehingga meningkatkan peluang mendapatkan foto yang luar biasa.

Selamat hari Natal dan Tahun Baru 2009-2010!

>> Peralatan minimal untuk fotografi pernikahan

Fotografi pernikahan dan prewed memang tidak pernah sepi, tapi sekarang makin popular di kalangan orang Indonesia. Hal ini salah satunya dari perkembangan fotografi digital, yang memungkinkan penyuntingan foto dengan mudah dan berbagi foto melalui media internet sangat mudah dan efisien.

Fenomena inilah yang membuat minat fotografer untuk menekuni foto pernikahan dan pranikah (prewed). Untuk fotografi ini, mungkin Anda bertanya-tanya, apa kira-kira alat yang dibutuhkan?

KAMERA

Minimalnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, kenapa bukan kamera saku atau superzoom? karena kamera digital SLR dapat menghasilkan gambar yang lebih baik dan juga auto fokusnya jauh lebih cepat dan akurat. Selain itu, kamera DSLR dengan lensa lebar dapat menghasilkan foto yang bagaikan di dunia fantasi. Lalu jenis kamera mana yang baik? kamera DSLR yang memiliki harga sekitar lima sampai enam jutaan cukup baik. Kalau dana terbatas, lebih baik prioritaskan lensa dan alat-alat lainnya.

LENSA

Biasanya, saat membeli kamera digital SLR, Anda juga otomatis membeli lensa dalam satu paket. Kebanyakan paket tersebut adalah lensa standar zoom. Lensa ini bukan yang terbaik, tapi cukup baik untuk digunakan. Anda juga perlu satu lensa lagi yang memiliki bukaan besar, seperti lensa 50mm atau 85mm. Lensa ini akan Anda pakai untuk foto potret pengantin atau di ruang yang gelap.

LAMPU

Lampu kilat adalah wajib, terutama untuk foto di dalam ruangan. Lampu kilat berkisar antara dua sampai lima juta Rupiah. Memang ada fotografer yang tidak memakai lampu kilat, tapi untuk memakai gaya ini memerlukan alat fotografi yang berat. Belilah lampu kilat yang bisa diputar kepalanya, sehingga Anda bisa mengarahkan lampu.

LAIN-LAIN

Jangan lupa batere tambahan, terutama bila Anda memotret dari pagi sampai malam. Juga siapkan kartu memori yang memadai. Untuk seharian, minimal dibutuhkan antara 20-40 GB.

Itulah alat-alat fotografi minimal yang diperlukan untuk fotografi pernikahan. Lalu, apabila Anda dibayar sebagai profesional, Anda harus mempertimbangkan untuk membeli atau menyewa kamera dan lampu kilat tambahan, untuk menjaga-jaga apabila kamera rusak mendadak. Semoga sukses!

>> Seni dan ilmu dalam memilih alat fotografi

Bingung memilih alat fotografi seperti kamera, lensa dan sebagainya? Anda tidak sendiri. Sebagai contoh, untuk membeli kamera saja banyak sekali pilihan. Memilih merek kamera saja tidak cukup, karena di dalam merek tersebut tersedia banyak model. Contohnya kamera saku Canon tidak kurang dari selusin modelnya, belum lagi kamera tahun-tahun sebelumnya.

Lalu adakah cara efektif yang bisa membantu kita memilih alat yang kita inginkan? Sayangnya sayapun tidak punya cara yang jitu, tapi saya punya sedikit pedoman dalam membeli yang saya dapatkan dari bangku kuliah dan pengalaman pribadi.

Ada tiga cara utama:

  1. Membuat batasan
  2. Menentukan best value
  3. Bertanya kepada ahlinya

bingungPertama-tama yang perlu dilakukan adalah menentukan batasan-batasan. Setiap kali kita menentukan batasan, otomatis sebagian pilihan kita gugur sehingga kita semakin dekat dengan pilihan kita.

Batasan favorit saya adalah harga atau berapa dana yang kita alokasikan untuk pembelian alat fotografi. Selanjutnya adalah fitur-fitur kamera yang dikehendaki misalnya bila Anda menghendaki kamera yang bisa dimasukkan ke kantong, maka otomatis kamera-kamera besar seperti DSLR tidak lagi masuk hitungan. Fitur lain yang populer terutama untuk kamera digital SLR yaitu fitur video, bodi kamera yang tahan cuaca, kecepatan dan keakuratan auto fokus dan lain-lain.

Bila Anda sangat baru dalam dunia ini dan tidak tahu menetapkan batasan, ada cara singkat, yaitu dengan cara best value (nilai terbaik) di tiap kategori. Biasanya alat fotografi ada kategori untuk pemula, menengah dan mahir. Cara untuk menentukan nilai terbaik adalah membandingkan fitur-fitur kamera di atas kertas, misalnya 18 mp lebih baik daripada 12 mp, 51 titik auto focus lebih baik daripada 9 dan seterusnya. Biasanya perbandingan antar kamera mudah di dapatkan di internet atau di majalah-majalah.

Kalau sudah frustasi dalam membuat keputusan sendiri, cara lain yaitu menanyakan kepada ahlinya. Orang yang ahli tentunya adalah orang yang berpengalaman dibidang fotografi. Tapi hati-hati dalam memilih ahli yang bisa kalian percaya.

Hindari:

  • Fotografer atau teman yang memakai atau pernah memakai alat fotografi dari satu jenis merek saja.
  • Penjual kamera yang akan mempromosikan barang dagangan yang mana dia bisa untung lebih besar.

Cari ahli fotografi yang jujur tentang kekurangan dan kelebihan tentang alat fotografi, terutama yang telah pernah memakai alat tersebut.

Pada akhirnya apabila Anda merasa salah beli, jangan kecewa, yang terpenting adalah belajar dari kesalahan tersebut. Catat kelebihan dan kekurangan alat Anda untuk referensi kedepannya.

>> Langkah langkah Belajar fotografi dari nol

Belajar digital fotografi adalah sesuatu yang kompleks. Maka dari itu banyak orang mungkin kebingungan bagaimana cara belajarnya.. harus memulai darimana? nah post ini berupaya untuk memberikan langkah-langkah praktis dalam belajar fotografi.

Pertama-tama kita memerlukan kamera. Berdasarkan ukuran sensor, kamera terbagi dua, kamera saku dan kamera DSLR. Lalu apa bedanya kamera saku dan kamera DSLR? Saya cuma mampu membeli kamera saku, apakah saya tidak bisa belajar fotografi dengan kamera saku? Jangan takut, meski murah, kamera saku memiliki kelebihan tersendiri dan jangan jadikan halangan untuk belajar fotografi.

Kedua kita perlu belajar tentang eksposur cahaya. Inti dari fotografi adalah eksposur, atau total cahaya yang masuk ke dalam sensor peka cahaya. Karena cahaya tersebutlah, foto itu terbentuk. Peran kita sebagai fotografer adalah mengendalikan jumlah cahaya yang masuk dengan mengubah besarnya bukaan lensa, kecepatan rana dan ISO. Tiga elemen ini saya sebut sebagai segitiga emas fotografi.

Ketiga, kita tentu harus mempelajari kamera kita, terutama mode-modenya, pengukuran cahaya (metering) dan auto fokus.

Keempat, kita perlu tahu apa itu kedalaman fokus (depth of field) dan apa faktor-faktornya.

Kelima, kita harus tau bagaimana mengambil gambar yang tajam dan tidak kabur.

Keenam, kita harus mempelajari komposisi foto yang baik dan menarik.

Ketujuh, kita harus mempelajari karakter cahaya terutama arah dan intensitas cahaya.

Kedelapan, kita harus belajar antisipasi dan mengambil foto pada waktu yang tepat.

Kesembilan, kita harus belajar bercerita lewat foto, entah dengan satu foto atau satu seri foto.

Kesepuluh, kita harus belajar mengolah foto dengan efek digital. Olah foto di era digital mudah dipelajari dan membuka bab baru dalam fotografi digital.

Demikian kira-kira runtutan belajar fotografi untuk pemula. Seperti yang Anda lihat, masih banyak tulisan yang saya bisa bahas dari tiap langkah tersebut. Fotografi merupakan ilmu yang berkembang begitu pesat dan tidak ada habisnya, namun bila menemui kesulitan, harap jangan menyerah dan pelajari dan terus praktekkan.